Rabu, 03 November 2021

Untuk Menangani Daur Ulang Sampah Tekstil, Tim Go Go Haf dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Berhasil Menciptakan Prototipe Bernama Bhusana

JAKARTA - Limbah industri tekstil masih menjadi salah satu permasalahan urgen di Indonesia hingga saat ini. Menanggapi hal ini, Tim Go Go Haf dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil menciptakan sebuah prototipe yang dinamakan Bhusana, dengan tujuan untuk mempermudah dalam pendistribusian dan pendaurulangan pakaian.

Tim Go Go Haf ini beranggotakan para mahasiswa dari berbagai departemen di ITS, yakni Fitria Urbach dan Aprilia Susanti yang berasal dari Departemen Matematika, serta Fairuz Hasna Rofifah yang berasal dari Departemen Teknik Informatika.
Selain itu, Tim Go Go Haf dibimbing oleh salah satu dosen pembimbing ITS yang berasal dari Departemen Teknik Informatika yaitu Hadziq Fabroyir.

Fitria Urbach, Ketua Tim Go Go Haf, mengatakan bahwa tujuan mereka dalam menciptakan Bhusana adalah untuk mempermudah dan meningkatkan baik efisiensi maupun transparansi dalam distribusi daur ulang pakaian.

“Gerakan fesyen berkelanjutan melalui proses daur ulang pakaian akan bisa diterapkan dengan baik jika turut melibatkan pemerintah di dalamnya,” tuturnya melalui siaran pers, Selasa (2/11/2021).

Menurut penjelasan Tim Go Go Haf, terdapat tiga proses yang harus dilakukan oleh pengguna, yaitu proses pengumpulan, proses pengambilan, dan proses pemilahan. Proses pengumpulan adalah proses di mana donatur pakaian memfoto pakaian yang akan didonasikan.

Kemudian, Bhusana akan mengenali pakaian tersebut dengan tiga macam klasifikasi, yaitu pakaian layak pakai, pakaian tidak layak pakai kerusakan minor, dan pakaian tidak layak pakai kerusakan mayor.

Setelah melewati proses tersebut, Bhusana akan mencetak Kode Quick  Response (QR) untuk identitas pakaian dan Bhusana akan membuka tutup  kotak secara otomatis. Setelah itu, donatur diharapkan untuk meletakkan  pakaian tersebut ke dalam kotak dan nantinya donatur akan memperoleh  kupon yang nantinya dapat ditukarkan untuk sembako.

“Selanjutnya, data pakaian yang sudah terkumpul pada kotak Bhusana akan dikirimkan ke database cloud service,” paparnya.

Selanjutnya, menurut Fitria, proses pengambilan adalah pengiriman  truk yang bertugas untuk mengambil setiap pakaian yang telah tersimpan  dalam kotak Bhusana yang tersebar di kelurahan. Kemudian, truk tersebut  akan berangkat menuju bank daur ulang pakaian.

“Pakaian akan dipilah antara yang layak dan tidak layak pakai di bank dengan bantuan QR Code,” ungkapnya.

Pada akhirnya, proses pemilahan dilakukan dengan cara petugas  mengambil keputusan dalam hal penyaluran pakaian pakaian bekas tersebut.  Dijelaskan Fitria, terdapat tiga pilihan destinasi. Yaitu pakaian tidak  layak pakai dengan kerusakan minor akan disalurkan ke Usaha Mikro Kecil  Menengah (UMKM) sebagai bahan produksi.

Lalu, pakaian tidak layak pakai dengan kerusakan mayor akan dikirim  ke pabrik daur ulang sampah tekstil, dan pakaian layak pakai harus  melalui tahapan outfit matching terlebih dahulu.

Dalam pembuatan prototipe ini, mahasiswa Departemen Matematika ITS  tersebut mengatakan bahwa terdapat bantuan lain dari mahasiswa  departemen lain. Mahasiswa itu adalah Riko dari Teknik Elektro dan Zahra  dari Teknik Informatika.

Kemudian, Fitria menambahkan bahwa ke depannya tim Go Go Haf akan  mengembangkan fitur yang ada dan mengikutsertakan Bhusana pada kompetisi  lain. Karena perjuangan tersebut, Tim Go Go Haf telah berhasil meraih  medali perak dalam kategori Kota Cerdas pada Gemastik XIV lalu.

Fitria pun berharap kepada mahasiswa ITS untuk terus berjuang dalam  menorehkan prestasi untuk ITS. “Jangan jadikan kekurangan kalian menjadi  hambatan, jangan ragu untuk mengikuti lomba, dan jangan takut untuk  melakukan kolaborasi dengan departemen lain,” pungkasnya penuh harap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar